Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 12 Mei 2013

SIMBOL-SIMBOL DALAM TARI



Smith (1985: 290), mengungkapkan dalam suatu tulisan tentang manusia sebagai makhluk yang mampu menggunakan simbol, menunjuk pentingnya konteks dalam makna simbol. Smith (1985: 310), berpendapat bahwa “tanpa suatu kompleks simbol, pikiran relasional tidak akan mungkin terjadi. Manusia memiliki kemampuan untuk mengisolasi hubungan hubungan dan mengembangkannya dalam makna abstrak”.
Yaswarau (2007: 23)  mengatakan bahwa:
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi derajatnya, karena memiliki keistimewaan sebagai karunia Tuhan, yakni akal budi (kadang juga akal sehat, nurani). Akal budi manusia itu mencakup kemampuan berpikir, daya cipta, karsa dan rasa. Kemampuan bersuara pada manusia ditingkatkan menjadi kemampuan berbahasa dan berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi dengan bahasa ini bisa terjadi karena adanya kemam
puan untuk menciptakan lambang (symbol): bunyi-bunyi yang melambangkan sesuatu dan sesuatu itu bisa makna, maksud, gagasan, konsep dan sebagainya.

Manusia berfikir, berperasaan dan bersikap dengan ungkapan-ungkapan yang simbolis. Ungkapan-ungkapan simbolis ini merupakan ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan. Cassirer menegaskan, bahwa manusia itu tidak pernah melihat, menemukan dan mengenal dunia secara langsung kecuali melalui berbagai simbol. Hanya manusia yang dapat melakukan simbolisasi terhadap sesuatu. Manusia merupakan makhluk yang mampu menggunakan, mengembangkan, dan menciptakan lambang-lambang atau simbol-simbol untuk berkomunikasi dengan sesamanya (Ahimsa dalam Sumandiyo, 2003). Penggunaan simbol dalam wujud budaya, tentunya dilakukan penuh kesadaran, pemahaman, dan penghayatan yang tinggi, serta dianut secara tradisional dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Simbol atau tanda dapat dilihat sebagai konsep-konsep yang dianggap oleh manusia sebagai pengkhasan sesuatu yang lain. Suatu simbol menstimulasi atau membawa suatu pesan yang mendorong pemikiran atau tindakan. Simbol adalah objek, kejadian, bunyi bicara, atau bentuk-bentuk tulis yang diberi makna oleh manusia. Bentuk primer simbolisasi oleh manusia adalah melalui bahasa. Tetapi manusia juga berkomunikasi melalui tanda dan simbol dalam bentuk lain seperti lukisan, tarian, musik, arsitektur, pakaian, perhiasan, dan lain lain. Begitu juga yang terdapat pada masyarakat Suku Dayak Bakumpai yang penuh dengan simbol-simbol. Salah satu contohnya pada tari Parang Maya ini banyak simbol-simbol yang muncul didalamnya. Sesajen yang disajikanpun menandakan simbol-simbol yang bermakna. Dari bentuk busana hingga properti yang digunakan di dalam tari Parang Maya ini juga mengandung makna tertentu. Begitu juga dengan gerakan-gerakan tari yang dilakukan dalam Tari Parang Maya serta musik pengiring khususnya syair pengiring tarian tersebut pun terdapat sebagai simbol yang bermakna.
Komunikasi antar budaya adalah proses komunikasi simbolik, interpretatif, transaksional, dan kontekstual yang dilakukan oleh sejumlah orang yang karena memiliki perbedaan derajat kepentingan, memberikan interpretasi dan harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk prilaku tertentu sebagai makna yang diperlukan (Liliweri, 2003: 12-13). Komunikasi interaktif adalah komunikasi yang dilakukan komunikator dan komunikan dalam dua arah namun masih berada pada tahap rendah (Wahlstrom dalam Liliweri, 2003: 24).
Apabila masuk ketahap tinggi, misalnya saling mengerti perasaan dan tindakan bersama maka komunikasi tersebut masuk ke dalam tahap komunikasi transaksional (Hybels dan Sandra dalam Liliweri, 2003: 24). Manusia adalah makhluk budaya sekaligus bersimbol. Ia bebas berbuat dan bertindak, berfikir dan menentukan suatu keputusan. Tanpa terkecuali bagi masyarakat Suku Dayak Bakumpai yang berada di Kabupaten Barito Kuala.
Dalam suatu sistem budaya dapat ditemui empat perangkat simbol yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri bagi manusia-manusia yang bersangkutan dalam tindakan antar mereka. Keempat perangkat simbol tersebut dikemukakan oleh Hidajat (2011: 16), yaitu:
1.  Simbol-simbol konstitutif yang terbentuk sebagai kepercayaan  
     kepercayaan  dan biasanya merupakan inti dari agama;
2.  Simbol-simbol kognitif yang membentuk ilmu pengetahuan;
3.  Simbol-simbol penilaian moral yang membentuk nilai-nilai dan aturan  
     aturan; serta
4.  Simbol-simbol pengungkapan perasaan atau simbol-simbol ekspresif.
Dari keempat perangkat simbol tersebut penulis menganalisis makna simbol tari Parang Maya Suku Dayak Bakumpai baik dalam bentuk gerak, busana, properti dan iringan/musik tari tersebut ke dalam simbol konstitutif, simbol kognitif, simbol penilaian moral dan simbol ekspresif.
Pengetahuan manusia atas kemampuan menggunakan simbol (simbolisasi) inilah yang kemudian melahirkan berbagai macam kajian mengenai fungsi simbol dalam kehidupan manusia. Menurut Hamburg dalam Hidajat (2011), setidaknya ada tiga fungsi simbol yaitu sebagai:
1. ekspresi, seperti terungkap dalam mitos, seni, dan bahasa;
2. institusional, seperti terungkap dalam pandangan dunia alami;
3. commonsense, yang terbangun dan terekfleksi dengan bahasa;
4. konseptual, terungkap dalam sistem tanda-tanda seperti terdapat dalam
    dunia sains.
De Saussure dalam Sumandiyo (2003: 3-4) menyatakan bahwa hubungan antara bentuk dan makna tidak bersifat pribadi, tetapi sosial, yakni didasari oleh kesepakatan (konvensi) sosial. Para strukturalis, merujuk pada de Saussure, melihat tanda sebagai pertemuan antara bentuk dan makna. De Saussure menggunakan istilah signifiant (signifier, ing.; penanda, Ind.) untuk segi suatu tanda, dan signifié (signified, ing.; petanda, Ind.) untuk segi maknanya. Dengan demikian mereka melihat tanda sebagai sesuatu yang menstruktur (proses pemaknaan berupa kaitan antara penanda dan petanda) dan terstruktur (hasil proses tersebut) di dalam kognisi manusia.
Dalam teori de Saussure, signifiant bukanlah bunyi bahasa secara konkrit, tetapi merupakan citra tentang bunyi bahasa (image acoustique). Dengan demikian, apa yang ada dalam kehidupan kita dilihat sebagai bentuk yang mempunyai makna tertentu. Bahasa yang disampaikan, diungkapkan dan digambarkan melalui bahasa gerak tubuh para penari. Secara umum gerak tari yang dilakukan mengungkapkan suatu maksud di dalamnya. Gerakan-gerakan pada tari ini memiliki makna yang berbeda apabila gerak-gerak tersebut dilakukan di daerah lain dengan bentuk gerak, dan tempo yang berbeda pula.
Whitehed (Hidajat, 2011: 18) mengemukakan bahwa:
Pikiran manusia berfungsi secara simbolis apabila beberapa komponen pengalamannya menggugah kesadaran, kepercayaan, perasaan, dan gambaran mengenai komponen-komponen lain dalam pengalamannya. Perangkat komponen yang terdahulu adalah ‘simbol’ dan perangkat komponen yang kemudian membentuk ‘makna’ simbol. Keberfungsian organis yang menyebabkan adanya peralihan dari simbol kepada makna itu akan disebut referensi.

Jika mengkaji teori-teori yang dikemukakan di atas, maka setiap simbol akan senantiasa memiliki makna, baik yang tersirat maupun yang tersurat, sehingga tari Parang Maya Suku Dayak Bakumpai tentunya ada simbol dan makna yang menarik untuk dianalisis, ditafsirkan, dan dijelaskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About